Kamis, 08 Desember 2011

tempat kerja ku

CV HADE MANDIRI
Jln. Arwinda No 225 Rt 01/06 Desa. Sukataris Kec. karang Tengah Kab. Cianjur
Telepon : 08122310170/081322811818 Fax (0263) 2291447

 mesin bubut

 mesin penghancur plastik

pembuatan mesin penghancur plastik

 mesin bor

 pembuatan as roda comvayer

 mesin bubut

 pembuatan roll covayer

 peralatan bengkel

 mesin penghancur plastik


bagi yang mau memesan pembuatan mesin penghancur plastik, dan suku cadangnya dapat menghubungi no telepon yang tertera di atas. makasih banyak!!
begini lah suasana tempat saya bekerja!!! 

ciri khas cianjur


Menikmati Pagi di Alun-alun Cianjur

30SEP

Alun-alun Cianjur kian hari kian indah tertata. Kalau dulu, yang ada hanya sebidang tanah gersang, kini orang-orang kian senang menghabiskan waktu di pusat kota tersebut. Meski tidak terlalu luas, alun-alun jadi tempat favorit saya untuk jogging di pagi hari. Hawanya sejuk, udaranya masih segar, meski makin siang pemandangan kian disesaki pedagang yang berjajar tak teratur.
Cianjur, sebuah kota kecil di Jawa Barat. Sebenarnya Kabupaten Cianjur mencakup wailayah yang luas yang terbentang dari Kecamatan Cidaun di ujung selatan yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia hingga kecamatan Cipanas yang terkenal dengan potensi pariwisatanya. Namun demikian, Cianjur, sebagai ibukota kabupaten, hanyalah kota kecil. Meski saya tidak tahu berapa luasnya, setidaknya berkeliling Kota Cianjur tidak sampai memakan waktu sejam dengan sepeda motor. Itu pun kalau gak pake acara mampir sana sini. Silakan mulai dari Sadewata (arah Bandung), Ramayana, Cikidang, Pasir Hayam, Rancagoong, Hipermart, By Pass, sampe ketemu lagi Ramayana. Cuma segitu doang hehehe.
Seperti halnya kota-kota lainnya, tata kota Cianjur kurang lebih hampir sama dengan tata kota lain khas peninggalan kerajaan jaman dulu. Pusatnya di mesjid agung, di depannya alun-alun dan pasar rakyat, juga pendopo tempat ngantornya Pak Bupati. Sebelah pendopo, dulu ada gedung DPRD yang sekarang berganti jadi museum kebudayaan Cianjur. Kan, anggota DPRD-nya udah hijrah ke gedung yang lebih nyaman dan representatif (pokoknya lebih wah lah…). Siapa yang membiayai? Tentu rakyat donk!
Balik lagi ke alun-alun. Ya, alun-alun Cianjur kian hari kian sedap dikunjungi. Dengan konsep taman, alun-alun terdiri jogging track, air mancur, tempat duduk, area bermain anak, dan jalan setapak yang dibuat dari batu-batu kali. Biasanya itu jadi favorit nenek, kakek, ibu-ibu, dan bapak-bapak. Tapi saya juga doyan kok hehe. Katanya sih, jalan di atas jalan batu kali itu berkhasiat menyembuhkan reumatik, penyakit yang paling tren di kalangan usia lanjut—meski ada juga anak-anak yang kena.
Biasanya, kalau saya lagi di rumah, setiap pagi tidak melewatkan jogging di alun-alun. Letaknya memang cukup jauh, paling sekitar 4 km-an lah kayaknya. Saya biasa mulai jogging sekitar jam 6 pagi. Sampai di alun-alun, saya biasanya melakukan pemanasan sebentar lalu lari keliling alun-alun, ya… kayak orang lagi thawafngelilingin air mancur. Di hari-hari biasa, alun-alun akan sepi, gak terlalu banyak orang. Paling juga ada beberapa orang yang sengaja nongkrong pagi sambil mendengarkan ceramah dari mesjid agung yang berhadap-hadapan langsung.
Berbeda dengan hari Minggu. Biasanya pukul 7, alun-alun makin ramai dikunjungi. Anak-anak biasa bermain bola di area rumput. Ada yang datang bareng keluarga. Ada yang berdua-duaan mesra. Ada juga yang rombongan bareng teman-teman. Bahkan, pedagang-pedagang mulai membuat saya tidak nyaman. Kenapa? Karena banyak di antara mereka yang menjajakan dagangannya jutsru di jogging track yang tentu bakalan menghalangi pejalan kaki, apalagi yang sedang lari pagi. Apalagi penjual maranggi—sate khas Cianjur—yang asapnya kemana-mana. Jadi, kalau saya sedang lari lewat tukang maranggi, setting berubah dramatis, kayak aktor-aktor yang maen film di Indosiar. Berasap-asap gimana gitu.
Selain itu, yang paling tidak menyenangkan jika banyak orang adalah kesadaran untuk tidak merokok yang masih sangat minim. Masih banyak orang yang merokok. Alun-alun yang terbilang sempit membuat tidak nyaman bagi pengunjung seperti saya jika banyak orang yang merokok. Selain rokok, tindakan yang disayangkan adalah ulah oknum yang bertanggung jawab yang merusak sarana prasarana, termasuk yang suka corat-coret gak jelas. Hmm, sebetulnya sih kalo yang ini saya cuma bisa senyum kecut. Hey, this is Indonesia! Kayaknya gak berasa eksis kalo belum nyorat-nyoret fasilitas umum. Apa jangan-jangan mereka blogger yang keranjingan ninggalin jejak di suatu tempat yang udah dikunjungin? Haha, tentu tidak kayaknya.
Itulah alun-alun Cianjur di kala pagi. Tempat yang nyaman untuk dikunjungi setiap pagi, apalagi hari-hari biasa. Namun, sebagai warga Cianjur yang suka menikmati fasilitas umum di daerahnya, saya cuma bisa berharap agar pemerintah ataupun instansi terkait lebih memerhatikan pemeliharaannya. Memang setahu saya, tidak ada pengawasan yang terlihat. Orang naik-naik ke kolam air mancur, padahal jelas-jelas pintunya dikunci. Orang-orang yang merokok. Orang yang kencing sembarangan. Sampai masalah sampah sembarangan yang masiiiih saja gak bisa hilang. Jangan dulu berpikir ini Singapura yang tak perlu pengawasan di tempat umum. Jadi, memang aturan dan pengawasan perlu diperketat biar orang-orang benar-benar bisa belajar mengubah citra Indonesia.

indahnya cianjur


Taman Cibodas

Seandainya masih ada sorga di muka bumi ini, maka Cibidoas pastilah merupakan sebagian dari sorga itu. Begitulah gambaran kekaguman seorang ahli fisiologi tumbuhan Dr. F.W. Went tentang keindangan Kebun Raya Cibodas.

Dr. F.W. Went mungkin benar. Karena bila kita datang langsung ke Kebun Raya Cibodas, tak terbayangkan keindahannya. Pepohonan dan tetumbuhan nan hijau terhampar sepanjang mata memandang.

Kebun Raya yang luasnya 80 hektar yang terletak di kaki Gunung Gede-Pangrango ini sudah lama dikenal sebagai obyek wisata yang sangat menarik. Bahkan, ada yang memberikan julukan Taman Firdaus di Asia.

Keindahan Kebun Raya Cibodas didukung oleh koleksi pepohonannya. Di sini tersimpan koleksi ratusan pepohonan baik yang tua maupun pepohonan muda. Tercatat 5.831 contoh tanaman dari 1.206 jenis hidup disini.

Kebun Raya Cibodas yang merupakan pintu gerbang bagi para pendaki gunung yang ingin mendaki Gunung Gede dikunjungi tidak kurang dari 400.000 orang. Beberapa lokasi yang diminati pengunjung antara lain rumah kaca (green house), Jalan Araucaria (auracarua Avenue), Air Terjun Cibodas dan lokasi lanskap beserta kolam air mancur.

Di rumah kaca yang berisi kaktus, Anda bisa melihat anggrek dan tanaman langka yang beraneka ragam. Ada hampir 4.000 contoh tanaman dari 350 jenis kaktus 360 jenis anggrek tersimpan di rumah kaca ini.

Sebagai obyek wisata alam, Kebun Raya Cibodas, akan memanjakan. Anda beserta keluarga dengan keindahan alamnya. Udara sejuk, angin sepoi-sepoi dan kicauan burung akan membawa Anda ke alam khayalan yang tak terbayangkan sebelumnya.

Gemericik air mancur yang keluar dengan derasnya akan menyambut pengunjung begitu melewati pintu gerbang Kebun Raya Cibodas. Puluhan ikan mas besar-besar yang menghuni kolam tepat di seberang pintu gerbang, seakan mengajak Anda untuk menikmati Kebun Raya Cibodas sepuas-puasnya.
Untuk menjelajahi seluruh isi Kebun Raya Cibodas, berjalan kaki akan lebih menyenangkan. Namun, mengingat konturnya yang naik-turun, sebaliknya berkendaraan. Kecuali jika fisik Anda kuat.

Selain menyuguhkan pepohonan nan hijau, di bagian belakang kebun di Anda dapat melihat sungai yang airnya jernih. Karena membelah jalan, Anda harus melintasi sungai yang penuh dengan bebatuan ini. Sungai ini terletak di ketinggian, sehingga bila Anda memandang pemandangan sekitar, serasa akan berada di puncak gunung. Di sekitar sungai ini, jika kebetulan, Anda dapat bertemu dengan kera bahkan babi hutan.

Kebun Raya Cibodas terletak di desa Rarahan, Cimacan, Cianjur. Jaraknya sekitar 85 km dari Jakarta. Atau, sekitar 90 menit perjalnaan melalui jalan raya Bogor-Puncak-Cianjur. Dari pinggir jalan raya kita masih harus berjalan atau menaiki kendaraan kurang lebih 4 km lagi untuk tiba di sana. Kebun yang letaknya di ketinggian 1.500 m ini berhawa sejuk, 18 derajat celcius.

Konon, pembukaan Kebun Raya Cibodas terkait dengan sejarah masuknya kina di Indonesia. Pada awalnya, ahli botani Belanda Johannes Elias Teysmann menyiapkan lahan yang kini Kebun Raya Cibodas itu untuk perkebunan kina. Tapi tanah di Cibodas tidak cocok untuk pohon kina.

Bibit pohon kina yang dibawa dari negeri Belanda tiba di Batavia pada 11 April 1852 yang dijadikan hari lahirnya Kebun Raya Cibodas.

Taman Bunga

Ingin menikmati indahnya bunga-bunga yang sedang mekar Silahkan datang ke Taman Bunga Nusantara di daerah Puncak, Bogor. Segala macam Bunga dengan aneka warna dan bentuknya ada di sini. Taman Bunga Nusantara yang jaraknya sekitar 100 km dari Jakarta, atau 90 km dari Bandung, mengoleksi lebih dari 300 varietas bunga dari seluruh dunia. 
Taman ini pertama kali diresmikan oleh Ibu Tien Soeharto pada tanggal 10 September 1995. Selain taman banyak fasilitas hiburan untuk anak-anak berupa minicar, restaurant dan juga permainan ketangkasan. Sehingga membuat pengunjung betah berlama-lama berada di taman yang asri indah alami itu. 

Anda dapat menyaksikan 10 buah taman bunga yang dibangun secara khusus di atas lahan 23 hektar. Taman-taman tersebut terlihat asri dan tradisional. Tumbuh-tumbuhan asal mancanegara mendominasi ke 10 tanam tersebut. Ini terlihat dari koleksi bunga-bunga yang tumbuh di taman tersebut. 

Taman Bunga Nusantara yang luas totalnya 35 hektar terletak di sisi jalur menuju Puncak, Bogor, tepatnya di Desa Kawung Luwuk, Kecamatan Sukaresmi (Cipanas), Kabupaten Cianjur. Selain taman bunga yang luasnya 23 hektar, ada teman rekreasi, restoran, parkir, dan lain-lain. 

Bentuk dan warna adalah perpaduan yang menjadi ciri khas Taman Mawar. Warna-warni bunga mawar dari berbagai jenis menampakkan keindahan di taman ini. Jenis Hybrid Tea Roses yang berasal dari Amerika dan Australia keunikan lainnya adalah nama dari mawar-mawar tersebut diambil dari orang-orang populer seperti Dolly parton, Bing Crosby, John F. Kennedy, disco, White Lightening, dan lainnya.

Istana Presiden

Istana Presiden Cipanas : Istana ini dibangun pada tahun 1740 oleh Van Heuts di atas tanah seluas 25 Ha. Istana Presiden Cipanas atau lebih dikenal sebagai Istana Cipanas terletak di kaki Gunung Gede, 103 km dari Jakarta ke arah Bandung, atau 17 km dari kota Cianjur. Walau tidak dipakai, Istana Cipanas tetap terpelihara dengan baik. Pemandangan di sekitar istana yang ditumbuhi sayur-sayuran, buah-buahan serta tanaman hias memberi nuansa asri. Istana megah yang dibangun pada 1740 ini dapat dikunjungi umum dengan izin khusus dari Sekretaris Negara.

Kompleks Istana Cipanas berdiri diatas tanah seluas 26 hektar, terdiri atas gedung induk dan tujuh buah paviliun, dilengkapi sarana olahraga. Luas gedung merupakan bangunan panggun sluas 950 m2, terdiri beberapa ruangan. Terletak pada ketinggian 1.100 meter, sejauh mata memandang tampak sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman keras yang ditata dalam sebuah hutan kecil.
Setiap ruangan diisi perangkat mebel, ukiran Jepara dan koleksi lukisan-lukisan karya para maestro, seperti Basuki Abdullah, Dullah, Sudjojono dan Lee Man Kong. Sedangkan bangunan-bangunan paviliun masing-masing diberi nama tokoh-tokoh pewayangan. Beberapa paviliun baru selesai dibangun tahun 1916 dan ada dua yang terbaru dibangun pada 1984. keseluruhan bangunan tampak begitu mewah dan artistik. Di bagian belakang istana terdapat kolam air mancur bergaris tengah 27 m.

Mesjid Agung

Mesjid Agung Cianjur yang megah terletak di pusat Kota Cianjur yang dibangun pertama kali tahun 1810 M. oleh penduduk Cianjur yang tidak tercatat namanya. Dibangun di atas tanah wakaf Ny. Raden Bodedar binti Kangjeng Dalem Sabiruddin, Bupati Cianjur ke - 4.

Luas Mesjid semula 400 meter. yang berkembang menjadi 2500 meter dan mengalami beberapa perbaikan sampai terakhir yang sangat besar yang ketujuh kali dari tahun 1993 sampai tahun 2000 atau kurang lebih tujuh tahun dengan biaya sekitar Rp. 10 Miliar. Design dan stylasinya memadukan gaya dan ciri khas mesjid tempo dulu dengan gaya arsitektur modern dan dapat menampung sekitar 4000 jemaah.

Situs Gunung Padang

Situs Gunung Padang di Kampung Gunung Padang dan Kampung Panggulan, Desa Karyamukti Kecamatan Campaka, Cianjur, merupakan situs megalitik berbentuk punden berundak yang terbesar di Asia Tenggara. Ini mengingat luas bangunan purbakalanya sekitar 900 m2 dengan luas areal situs sendiri kurang lebih sekitar 3 ha.

Keberadaan situs ini peratama kali muncul dalam laporan Rapporten van de oudheid-kundigen Dienst (ROD), tahun 1914, selanjutnya dilaporkan NJ Krom tahun 1949. pada tahun 1979 aparat terkait dalam hal pembinaan dan penelitian bend cagar budaya yaitu penilik kebudayaan setempat disusul oleh ditlinbinjarah dan Pulit Arkenas melakukan peninjauan ke lokasi situs. Sejak saat itu upaya penelitian terhadap situs Gunung Padang mulai dilakukan baik dari sudut arkeologis, historis, geologis dan lainnya.

Bentuk bangunan punden berundaknya mencerminkan tradisi megalitik (mega berarti besar dan lithos artinya batu) seperti banyak dijumpai di beberapa daerah di Jawa Barat. Situs Gunung Padang yang terletak 50 kilometer dari Cianjur konon merupakan situs megalitik paling besar di Asia Tenggara. Di kalangan masyarakat setempat, situs tersebut dipercaya sebagai bukti upaya Prabu Siliwangi membangun istana dalam semalam.

Dibantu oleh pasukannya, ia berusaha mengumpulkan balok-balok batu yang hanya terdapat di daerah itu. Namun, malam rupanya lebih cepat berlalu. Di ufuk timur semburat fajar telah menggagalkan usaha kerasnya, maka derah itu kemudian ia tinggalkan. Batu-batunya ia biarkan berserakan di atas bukit yang kini dinamakan Gunung Padang. Padang artinya terang.

Punden berundak Gunung Padang, dibangun dengan batuan vulkanik masif yang berbentuk persegi panjang.

Bangunannya terdiri dari lima teras dengan ukuran berbeda-beda. Batu-batu itu sama sekali belum mengalami sentuhan tangan manusia dalam arti, belum dikerjakan atau dibentuk oleh tangan manusia.
Balok-balok batu yang jumlahya sangat banyak itu tersebar hampir menutupi bagian puncak Gunung Padang. Penduduk setempat menjuluki beberapa batu yang terletak di teras-teras itu dengan nama-nama berbau Islam. Misalnya ada yang disebut meja Kiai Giling Pangancingan, Kursi Eyang Bonang, Jojodog atau tempat duduk Eyang Swasana, sandaran batu Syeh Suhaedin alias Syeh Abdul Rusman, tangga Eyang Syeh Marzuki, dan batu Syeh Abdul Fukor.

Makam Dalem Cikundul

Dari kejauhan nampak di atas sebuah bukit yang sekelilingnya menghijau ditumbuhi pepohonan yang rindang, berdiri sebuah bangunan cukup megah dan kokoh. Bangunan yang sangat artistik dengan nuansa Islam itu, tiada lain makam tempat dimakamkannya Bupati Cianjur Pertama, R. Aria Wira Tanu Bin Aria Wangsa Goparana (1677 - 1691) yang kemudian terkenal dengan nama Dalem Cikundul.

Areal makam yang luasnya sekitar 300 meter itu, berada di atas tanah seluas 4 hektar puncak Bukit Cijagang, Kampung Majalaya, Desa Cijagang, Kecamatan Cikalongkulon, Cianjur, Jawa Barat atau sekitar 17 Km kearah utara dari pusat kota Cianjur.

Makam Dalem Cikundul, sudah sejak lama dikenal sebagai obyek wisata ziarah. Dalem Cikundul, konon tergolong kepada syuhada sholihin yang ketika masih hidup dan kemudian menjadi dalem dikenal luas sebagai pemeluk agama Islam yang taat dan penyebar agama Islam.

Catatan sejarah dan cerita yang berkembang ditengah-tengah masyarakat, tahun 1529 kerajaan Talaga direbut oleh Cirebon dari Negara Pajajaran dalam rangka penyebaran agama Islam, yang sejak itu, sebagian besar rakyatnya memeluk agama Islam. Tetapi raja-raja Talaga, yaitu Prabu Siliwangi, Mundingsari, Mundingsari Leutik, Pucuk Umum, Sunan Parung Gangsa, Sunan Wanapri, dan Sunan Ciburang, masih menganut agama lama, yaitu agama Hindu.

Sunan Ciburang memiliki putra bernama Aria Wangsa Goparana, dan ia merupakan orang pertama yang memeluk agama Islam, namun tidak direstui oleh orang tuanya. Akhirnya Aria Wangsa Goparana meninggalkan keraton Talaga, dan pergi menuju Sagalaherang.

Di Sagalaherang, mendirikan Negara dan pondok pesantren untuk menyebarkan agama Islam ke daerah sekitarnya. Pad a akhir abad 17, ia meninggal dunia di Kampung Nangkabeurit, Sagalaherang dengan meninggalkan dua orang putra-putri, yaitu, Djayasasana, Candramanggala, Santaan Kumbang, Yudanagara, Nawing Candradirana, Santaan Yudanagara, dan Nyai Mas Murti.

Aria Wangsa Goparana, menurunkan para Bupati Cianjur yang bergelar Wira Tanu dan Wiratanu Datar serta para keturunannya. Putra sulungnya Djayasasana dikenal sangat taqwa terhadap Allah SWT, tekun mempelajari agama Islam dan rajin bertapa. Setelah dewasa Djayasasana meninggalkan Sagalaherang, diikuti sejumlah rakyatnya. Kemudian bermukim di Kampung Cijagang, Cikalongkulon, Cianjur, bersama pengikutnya dengan bermukim di sepanjang pinggir-pingir sungai.

Djayasasana yang bergelar Aria Wira Tanu, menjadi Bupati Cianjur atau Bupati Cianjur Pertama (1677 ­1691), meninggal dunia antara tahun 1681 -1706 meninggalkan putra-puteri sebanyak 10 orang, masing-masing Dalem Anom (Aria Natamanggala), Dalem Aria Martayuda (Dalem Sarampad), Dalem Aria Tirta (Di Karawang), Dalem Aria Wiramanggala (Dalem Tarikolot), Dalem Aria Suradiwangsa (Dalem Panembong), Nyai Mas Kaluntar , Nyai Mas Karangan, Nyai Mas Djenggot dan Nyai Mas Bogem. Dia juga memiliki seorang istri dari bangsa jin Islam, dan memiliki tiga orang putra-putri, yaitu Raden Eyang Suryakancana, yang hingga sekarang dipercayai bersemayam di Gunung Gede atau hidup di alam jin. Putri kedua, Nyi Mas Endang Kancana alias Endang Sukaesih alias Nyai Mas Kara, bersemayam di Gunung Ceremai, dan Andaka Warusajagad (tetapi ada juga yang menyebutkan bukan putra, tetapi putri bernama Nyai Mas Endang Radja Mantri bersemayam di Karawang).

Bertitik tolak dari situlah, Dalem Cikundul sebagai leluhurnya sebagian masyaraka Cianjur, yang tidak terlepas dari berdirinya pedal em an (kabupaten) Cianjur. Maka Makam Dalem Cikundul dijadikan tempat ziarah yang kemudian oleh Pemda Cianjur dikukuhkan sebagai obyek wisata ziarah, sehingga banyak dikunjungi penziarah dari pelbagai daerah.

Makam Dalem Cikundul, semula kondisinya sangat sederhana. Tahun1985 diperbaiki oleh Ny Hajjah Yuyun Muslim Taher istrinya Prof Dr Muslim Taher (Aim) Rektor Universitas Jayabaya, Jakarta. Biaya perbaikannya menghabis kan sekitar Rp125 juta. Ny Hajjah Yuyun Muslim Taher marupakan donator tetap, dan ia pun merupakan keturunan dari Dalem Cikundul.




keindahan gunung gede dan curug cibeurem cibodas cianjur


Gunung Gede
Gunung Gede merupakan tempat paling favorit untuk pendakian dan berkemah. Hampir setiap pekan, ada saja pencinta alam yang mencoba mendaki puncak Gunung Gede setinggi 2.958 meter itu. Puncak-puncaknya dapat terlihat dengan jelas dari Cibodas Kecamatan Pacet.

Disampingnya berdiri sangat kokoh Gunung Pangrango yang bila dilihat dari kejauhan nampak seperti segitiga runcing sedangkan Gunung Gede berbentuk kubah. Kedua gunung yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGP) ini memiliki keindahan alam asli. Di Puncak Gunung Gede terdapat kawah aktif (terakhir meletus pada 1957) serta padang rumput yang ditumbuhi bunga abadi (Edelweis/Anapahlis javanica) yang merupakan daya tarik bagi pendaki. Puncak lainnya yang kerap dikunjungi pendaki gunung adalah Mandalawangi (3.002 m), Sukaratu (2.836 m), dan Gunung Gemuruh (2.928 m).

Disampingnya berdiri sangat kokoh Gunung Pangrango yang bila dilihat dari kejauhan nampak seperti segitiga runcing sedangkan Gunung Gede berbentuk kubah. Kedua gunung yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGP) ini memiliki keindahan alam asli. Di Puncak Gunung Gede terdapat kawah aktif (terakhir meletus pada 1957) serta padang rumput yang ditumbuhi bunga abadi (Edelweis/Anapahlis javanica) yang merupakan daya tarik bagi pendaki. Puncak lainnya yang kerap dikunjungi pendaki gunung adalah Mandalawangi (3.002 m), Sukaratu (2.836 m), dan Gunung Gemuruh (2.928 m).
Edelweis : Bunga langka pesona Gunung Gede

Dari puncak Gunung Gede dapat disaksikan kota-kota terdekat, yakni Cipanas di sebelah utara, Sukabumi di selatan, Bogor di barat laut, dan Cianjur di sebelah timur.

Puncak Gunung Gede

Pendakian terhadap Gunung Gede dapat dimulai dari Pos Jaga yang terletak di dalam Kebun Raya Cibodas. Melalui hutan tropis yang sangat indah, selama pendakian menuju Pondok Kandang Badak (4 jam) yang sebelumnya melewati pertigaan ke arah Air Terjun Cibeureum (1 jam) akan dijumpai 2-3 pondok, mata air dan air panas. Bila kelelahan, bisa istirahat di Pondok Kandang Badak.
Puncak Gunung Gede

Sementara itu satwa liar yang bisa dijumpai di sepanjang pendakian adalah owa hylobates moloch), surili (Presbitis comata), lutung (Trachypithecus auratus), kera (Macaca fascicularis), macan tutul (Panthera pardus), mencek (Muntiacus muntjak), dan elang jawa (Spizaelus bartelsii).
curug cibeureum
Air Terjun Ciberem berada di ketinggian 1.675 mdpl terletak di dalam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango lewat pintu masuk Cibodas.Air terjun Ciberem ini terdiri dari tiga buah yakni; curug Cidendeng, curug Cikundul, dan curug Cibeurem. Tiga buah sungai menyatu ke bawah membentuk sungai Cikundul.
Arena terbuka di lokasi ini terbentuk oleh beberapa jejak pertemuan lahar. Di sebelah kanan adalah batu-batuan vulkanik dari gn. Pangrango dan di sebelah kiri adalah aliran lahar yang paling akhir dari letusan gunung Gede.
Banyak batu papak lebar dari lava yang tergeletak di sekitar runtuhan tahun 1985, yaitu ketika longsoran batu merusak seluruh pepohonan di dasar air terjun Cidendeng.
Untuk menuju ke air terjun Cibeurem ini dari tempat parkir Kebun Raya Cibodas berjalan ke arah pintu masuk padang Golf, mengikuti jalur pendakian gunung Gede-Pangrango. Setelah berjalan sekitar 150 meter berbelok ke kiri masuk ke gapura Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Berjalan menaiki tangga yang terjal sekitar 10 menit akan sampai di Pos pemeriksaan pendakian Cibodas yang banyak dihuni oleh monyet-monyet.
Setelah membayar tiket masuk ke air terjun wisatawan dapat melanjutkan perjalanan dengan melintasi jalan berbatu memasuki kawasan hutan tropis yang sagat asri.
Setelah berjalan sejauh 1,5 km melintasi kawasan hutan yang sangat asri, terdapat sebuah rawa yang disebut Telaga Biru. Telaga Biru warna airnya bisa berubah-ubah disebabkan oleh tanaman ganggang yang tumbuh didasar danau. Dengan melintasi jembatan kayu sepanjang jalur selanjutnya akan sampai di Rawa Gayang Agung. Jalur jembatan kayu ini sudah mulai rusak, banyak kayu-kayu yang lepas sehingga wisatawan bila kurang berhati-hati bisa terperosok jatuh.
Setelah berjalan di atas jembatan kayu sepanjang kurang lebih 1 km kembali menapaki jalan berbatu hingga sampai di Panyancangan Kuda. Di lokasi ini terdapat persimpangan jalur (pertigaan). ke kanan ke arah air terjun Ciberem, sedangkan arah ke puncak gunung ambil jalur lurus. Berjalan sekitar 30 menit dengan lintasan berbatu yang sedikit menurun, dan di beberapa tempat digenangi air sehingga sepatu bisa basah, maka kita akan sampai di Air Terjun Ciberem yang berada di ketinggian 1.675 mdpl).
Kebun Raya Cibodas (Cibodas Botanical Park)
Situated 1300-1425 m high on the slopes of Mount Gede-Pangrango, Cibodas Botanic Garden contains beautiful mountain scenery with impressive views across the Cipanas valley of West Java. The Garden covers about 125 ha of undulating topography, with large grassy expanses, rocky coniferous areas, and valleys filled with tree ferns and waterfalls. Cibodas Botanic Garden is a popular recreational center for the Greater Jakarta area as well as a research station for students and scientists studying tropical montane flora.

The Cibodas Botanic Garden was founded in 1862 by the botanist and curator Johannes Elias Teysjmann as an extension of the Bogor Botanic Garden. Now one of four Indonesian Botanic Gardens (Kebun Raya Indonesia), the Cibodas Botanic Garden is a part of the Indonesian Institute of Sciences (LIPI). The average rainfall is 2380 mm, and the weather is cool (18°C) and moist. The Garden is located ± 45 km southeast of Bogor, or ± 100 km southeast of Jakarta.

Rabu, 07 Desember 2011

kesenian khas cianjur (pencak silat)


Pencak Silat

Sejak dulu Cianjur dikenal dengan Seni Bela Diri Pencak Silat yang menghasilkan berbagai aliran terkenal, antara lain aliran Cikalong, Cimande dan Sabandar.
Pencipta dan penyebar aliran Pencak Silat Cikalong adalah R. Djajaperbata atau dikenal dengan nama R.H. Ibrahim. Aliran ini mempunyai ciri permainan rasa yaitu sensitivitas atau kepekaan rasa yang mampu membaca segala gerak lawan ketika anggota badan saling bersentuhan dan dapat melumpuhkannya. Ciri lain adalah ilmu pukulan (ulin peupeuhan-bahasa sunda) yang mengandalkan kecepatan gerak dan tenaga ledak. R.H. Ibrahim meninggal tahun 1906 dimakamkan di pemakaman keluarga Dalem Cikundul, Cikalong Kulon Cianjur.

Pada era yang sama, di Cianjur muncul tokoh Pencak Silat bernama Muhammad Kosim di Kampung Sabandar Karang Tengah Cianjur dikenal sebagai Mama Sabandar. Salah satu ciri aliran ini ialah kemahiran dalam mengeluarkan tenaga yang dikenal dengan nama Liliwatan.

Dalam perkembangannya, Pencak Silat Cianjur menghasilkan aliran-aliran baru seperti aliran Cikaret, Bojongherang dll. Dalam dunia persilatan, Cianjur banyak menghasilkan tokoh-tokoh antara lain : R. Abah M. Sirod, R. Didi Muhtadi (Gan Didi), R.O. Saleh (Gan Uweh), Abah Aleh, R. Idrus, R. Muhidin dll. Sedangkan tokoh Maenpo (Pencak Silat Peupeuhan) antara lain : Rd. H. Ibrahim, H. Toha, Aa Dai, Wa Acep Tarmidi, Abah Salim, Adung Rais dan yang lainnya.

cendramata khas cianjur


Cinderamata

Sanggar Bambu
Aneka kerajinan dibuat dari bambu oleh pengrajin di Kota Cianjur seperti tudung saji, nampan, lampu duduk sangat artistik dan unik. Sanggar bambu ini mendapat penghargaan upakarti tahun 1992.
Lentera Gentur
Lentera Gentur dibuat dari kuningan dan bahan kaca berwarna dengan desain yang artistik merupakan salah satu kerajinan rakyat Cianjur yang sudah terkenal, berlokasi di Kecamatan Warungkondang.
Keramik
Kerajinan keramik berlokasi di Kecamatan Ciranjang pada satu sentra produksi dan satu unit usaha oleh lima orang pengrajin. Ruangan rumah akan bertambah anggun dan artistik bila kerajinan ini dipasang secara serasi.
Miniatur Kecapi
Kerajinan Miniatur Kecapi terbuat dari logam atau kayu yang dibuat sesuai dengan aslinya.Alat musik ini biasa digunakan untuk mengiringi tembang Cianjuran termasuk berbagai jenis lagu sunda lainnya.
Sangkar Burung
Sangkar Burung, satu kerajinan yang bernilai ekonomis produktif berlokasi di Kecamatan Karangtengah. Kerajinan Sangkar Burung telah mendapat penghargaan Nasional Upakarti tahun 1994.